कुरुक्षेत्रयुद्ध; IAST: Kurukṣētrayud'dha), yang merupakan bagian penting dari wiracarita Mahabharata, dilatarbelakangi perebutan kekuasaan antara lima putra Pandu (Pandawa) dengan seratus putra Dretarastra (Korawa). Kata Kurukshetra berarti "Lapangan Kuru". Dalam bahasa Indonesia seringkali nama ini diterjemahkan sebagai "Medan Kuru".
Perkiraan lokasi Kerajaan Kuru dan Panchala, India Masa lalu.
Mengapa Padang Kurukshetra dijadikan lokasi perang Mahābhārata ?
Sebuah manuskrip yang mengambarkan perang Mahabharata di Kurukshetra
Perkiraan kapan terjadinya perang.
Para sarjana berusaha mencari tahu pada tahun berapa sebenarnya perang di Kurukshetra terjadi. Mereka menggunakan catatan dalam Mahābhārata, memperhitungkan posisi benda langit, menggunakan sistem kalender, bahkan sampai melakukan analisis radiokarbon.
Hasil perhitungan mereka sebagai berikut :
- Dr. S. Balakrishna menyatakan bahwa perang tersebut terjadi tahun 2559 SM dengan memperhitungkan gerhana bulan.
- Prof. I.N. Iyengar memperkirakan perang tersebut terjadi tahun 1478 SM dengan memperhitungkan gerhana dan garis lurus planet Saturnus+Jupiter.
- Dr. B.N. Achar menyatakan bahwa perang tersebut terjadi tahun 3067 SM dengan memperhitungkan posisi planet-planet yang dicantumkan dalam Mahabharata.
- Shri P.V. Holey yakin bahwa perang tersebut terjadi tanggal 13 November tahun 3143 SM dengan memperhitungkan posisi planet dan sistem kalender.
- Dr. P.V.Vartak mengatakan bahwa perang tersebut terjadi tanggal 16 Oktober tahun 5561 SM dengan memperhitungkan posisi planet.
- Beberapa sarjana memperkirakan usia perang di Kurukshetra tidak setua yang diperkirakan oleh sarjana di atas. John L Brockington memperkirakan perang tersebut sangat mungkin terjadi 900 SM. Pertempuran Sepuluh Raja, pertempuran antara Raja Bharata bernama Sudas dan perserikatan sepuluh suku yang muncul dalam Rgveda, dipercaya sebagai asal mula mitologi perang di Kurukshetra terjadi. Beberapa arkeolog India mencoba mencari tahu kapan sebenarnya perang di Kurukshetra terjadi, seperti penelitian belanga yang ditemukan di Ganges. Penelitian radiokarbon menunjukkan artifak tersebut berasal dari periode 800 - 350 SM.
Dalam kisah tersebut, Kurukshetra digunakan sebagai medan perang saat
para keturunan Kuru (Korawa) berebut kekuasaan dengan para saudara tiri
mereka, Pandawa. Setelah berlangsung selama 18 hari, pertempuran
dimenangkan para Pandawa.
Meskipun pertempuran tersebut merupakan pertikaian antar dua keluarga
dalam satu dinasti, namun juga melibatkan berbagai kerajaan di daratan
India pada masa lampau. Pertempuran tersebut terjadi selama 18 hari, dan
jutaan tentara dari kedua belah pihak gugur. Perang tersebut
mengakibatkan banyaknya wanita yang menjadi janda dan banyak anak-anak
yang menjadi anak yatim. Perang ini juga mengakibatkan krisis di daratan
India dan merupakan gerbang menuju zaman Kaliyuga, zaman kehancuran
menurut kepercayaan Hindu.
Bagaimana Kabar "Padang Kurukshetra" Saat Ini ?
Kurukshetra terletak di negara bagian Haryana, India, Distrik Haryana, dengan Koordinat 30°LU 76,45°BT
Beberapa kilometer dari Kurukshetra terdapat sebuah desa bernama Amin.
Di sana terdapat sisa peninggalan sebuah benteng yang diyakini sebagai
benteng Abimanyu, salah satu kesatria Pandawa, pada saat perang di
Kurukshetra.
Brahma Sarovar.
Ukiran di Kuil Hoysaleswara (Halebid, India), yang menggambarkan Abimanyu saat terkurung dalam formasi Cakrabyuha.
Sebuah pohon beringin yang dikeramatkan di Kurukshetra, yang dianggap
sebagai saksi bisu saat Sri Kresna menurunkan sloka-sloka suci dalam
kitab Bhagawadgita, sesaat sebelum perang berlangsung.
Sebuah kolam yang dipercaya dibuat Arjuna untuk Bhisma
Patung Arjun (Arjuna)di Arjun Chowk didekat Brahma Sarovar, Thaneshwar, Kurukshetra
Berikut beberapa obyek wisata yang terkenal di Kurukshetra :
- Brahma Sarovar: setiap tahun jutaan orang datang untuk mandi di pemandian suci di Brahma Sarovar pada perayaan "Somavati Amavasya" (gerhana matahari yang dianggap suci).
- Sannihit Sarovar
- Jyotisar: tempat terkenal dimana Kresna berkhotbah kepada Arjuna.
- Museum Krishna: memiliki beberapa artifak bersejarah, dan lukisan tentang perang dalam Mahabharata.
- Museum Sains: museum yang bagus untuk anak-anak. Di sana terdapat juga pertunjukkan film 3D selama 15 menit.
- Bhishma Kund di Naraktari: sebuah tempat dimana Arjuna memanah bumi agar memancarkan air untuk menghapus dahaga Bisma.
- Hutan suaka Saraswati: sebuah hutan lindung yang sangat luas dimana banyak terdapat flora dan fauna di distrik Kurukshetra.
- Sheikh-Chilli ka makbara (makam): monumen ini di dirawat oleh ASI (Archeological Survey of India). Monumen tersebut sangat bagus dan dibangun saat periode Mughal untuk mengenang Sufi Sheikh Chilli, diyakini sebagai Guru spiritual pangeran Mughal, Dara Shikoh.
- Sthaneshwar Mahadev
- Kamal Nabhi
- Bhadrakali Mandir
- Birla Mandir
- Chhati Path Shahi Gurudwara
- Pehowa
Benarkah dalam Perang Mahabarata digunakan senjata pemusnah masal (nuklir) ??
Penelitian dilakukan oleh oleh Michael Cremo tahun 2003, arkeolog senior dari AS. Selama 8 tahun, penganut agama Hindu ini meneliti narasumber dari kitab suci Weda dan Jain, yang ditulis pendeta Walmiki, ribuan tahun lalu. Cremo tertarik menginvestigasi dan mendalami dua kitab suci tersebut.
Ia menemukan nama-nama yang tertera di kitab tersebut ada di India. Ditemani tim dan rekannya, Dr.Rao C.S, arkeolog terkemuka India, ia meneliti dengan perangkat canggih “penjejak waktu” ( thermoluminenscence dating method ) untuk setiap obyek.
Mereka mencoba mengupas isi kisah Mahabarata, dari awal kejadian hingga perang Bharatayudha, ditandai berakhirnya perjalanan keluarga Bharata. Mereka yang berperang, berasal dari keturunan Pandu dan Destrarata, 2 bersaudara.
Baratayuda, adalah istilah yang dipakai di Indonesia untuk menyebut perang besar di Kurukshetra antara keluarga Pandawa melawan Korawa. Perang ini merupakan klimaks dari kisah Mahabharata, yaitu sebuah wira carita terkenal dari India.
Dr.Rao meneliti bukti-bukti sejarah di lautan, di teluk Gujarat, untuk mengungkap bukti keberadaan Kerajaan Dwaraka. Istana Sri Krisna, otak penggalang strategis dari pihak Pandawa. Konon, kerajaan ini musnah ditelan gelombang laut tahun 1478 SM, setelah perang Bharatayudha tahun 1443 SM.
Michael Cremo mengadakan penelitian di daratan, diantaranya: Indraprasta, Hastinapura, dan padang Khurusethra, bekas perang itu terjadi. Seperti diketahui, Indraprasta merupakan tempat bermukim keluarga Pandawa di awal perjuangan merebut Hastina. Khurusethra adalah bekas pertempuran dahsyat keluarga Bharata.
Menurut Dr.Indrajit, ahli termonuklir, hal ini terjadi diduga akibat radiasi ledakan termonuklir skala besar dalam peperangan tersebut.
Penemuan bangunan utama reruntuhan itu terjadi pada bulan April 2002 di lepas pantai Mahabalipuram di Tamil Nadu, India Selatan, pada kedalaman 5 hingga 7 meter (15-21 kaki) dilakukan oleh tim gabungan dari Dorset Scientific Exploration Society (SES) dan India’s National Institute of Oceanography (NIO).
Penyelidikan di lokasi masing-masing ditemukan batu, sisa-sisa tembok yang tersebar, batu persegi dan blok persegi panjang dan platform besar dengan undak-undakan yang menuju ke sana. Semua ini berbaring di tengah-tengah formasi geologis batuan lokal. Terdapat 4 sosok singa di empat lokasi, reruntuhan itu disimpulkan menjadi bagian dari kompleks candi.
Dinasti Pallava, yang menguasai wilayah itu selama abad ke-7 Masehi, dikenal memiliki banyak bangunan batu keras seperti struktural candi di Mahabalipuram dan Kanchipuram.
Kerajaan Dwaraka ditelan laut ( Indonesia Dwarawati)
Untuk memperluas dan memperdalam penelitian ini, Unicef dan NASA membantu pemotretan dengan citra lansat satelit. Dari hasil riset dan pemotretan yang difokuskan di hulu sungai Gangga, para arkeolog menemukan banyak sisa puing bangunan yang telah menjadi batu hangus.
Batu besar reruntuhan ini ketika dilekatkan jadi satu, permukaannya menonjol dan cekung tidak merata. Ketika dicoba melebur bebatuan tsb, ternyata dibutuhkan suhu minimal 1.800 derajat celcius! Batu biasa dalam keadaan normal tak mencapai suhu ini.
Kecuali pada benda-benda yang terkena radiasi nuklir, baru bisa mencapai suhu yang demikian tinggi. Di pedalaman hutan primitif India, peneliti juga menemukan lebih banyak reruntuhan batu hangus.
Tembok kota yang runtuh dikristalisasi, licin seperti kaca, lapisan luar perabot rumah tangga yang terbuat dari batu dalam bangunan juga telah di-kaca-lisasi. Para peneliti heran, selain di India, batu radiasi juga ditemukan di bekas Kerajaan Babilonia Kuno, Gurun Sahara dan Gurun Gobi di Mongolia!
Inilah bukti reruntuhan perang nuklir prasejarah, derajat radiasi masih terekam meski kejadiannya ribuan tahun SM ( Sebelum Masehi ). Batu kaca pada reruntuhan tersebut, semuanya sama persis dengan batu kaca pada kawasan percobaan nuklir saat ini.
Diduga kuat perang Bharatayudha adalah perang nuklir yang terjadi antara 30.000 – 15.000 SM. Untuk meneliti lebih jauh penyebaran batu radiasi ini, para ahli nuklir PBB akan mengungkapnya dalam program khusus.
Penelitian yang dilakukan Dr. Rao di bawah lautan didasarkan petunjuk Weda, bahwa Kerajaan Dwaraka ditelan laut beberapa saat setelah Bharatayudha usai. Kerajaan Dwaraka adalah kediaman Sri Krisna, raja yang pegang kendali strategis di perang saudara ini.
Dalam kitab suci Hindu, ia merupakan jelmaan Dewa Wisnu, pemelihara perdamaian. Keberadaan Dwaraka dilakukan selama 8 tahun, dan baru jelas setelah dibantu citra satelit NASA. Dari sana ditemukan jejak kerajaan tersebut di bawah Teluk Gujarat.
Dinilai sebagai salah satu dari tujuh kota paling tua di negara ini, kota legendaris Dvaraka adalah tempat kediaman Lord Krishna. Hal ini diyakini bahwa akibat kerusakan dan kehancuran oleh laut, Dvaraka telah tenggelam enam kali!
Setelah ada petunjuk pasti, akhirnya Dwaraka berhasil ditemukan dalam keadaan hancur digulung gelombang Laut Arab yang cukup dahsyat. Dari hasil investigasi, banyak temuan berharga indikator kehidupan makhluk 15.000 tahun lalu.
Selain tembikar, ada bongkahan batu besar yang diduga benteng dan dinding istana. Batuan dipenuhi ornamen indah, lonceng kuil dari tembaga, jangkar kapal, pot bunga dari keramik, serta uang emas dan tembaga.
Penemuan logam ini memperlihatkan kepada kita, bahwa peradaban 30.000 – 15.000 tahun lalu ternyata sudah tinggi. Tak heran temuan ini mengindikasikan penggunaan senjata pemusnah massal di perang itu.